Psikometri atau lebih tepatnya Psikometrika, dari asal katanya, Psikometrika terdiri atas dua kata yakni ‘psiko’ atau ‘psyche’ dalam bahasa Inggris yang berarti jiwa dan ‘metrika’ atau ‘metrics’ dalam bahasa Inggris yang berarti ilmu tentang pengukuran. Jadi Psikometri atau Psikometrika adalah sebuah ilmu yang mempelajari pengukuran tentang jiwa. Pengukuran masalah kejiwaan merupakan hal tidak mudah dilakukan, namun sangat penting peranannya dalam keilmuan. Sebagai ujung tombak pengukuran masalah psikis individu, psikometrika paling umum berkutat dengan alat tes terhadap atribut psikologis. Oleh karena itu sebagian ahli menjelaskan bahwa Psikometrika memusatkan perhatiannya pada jenis data skor yang diperoleh oleh hasil tes, reliabilitas, dan validitas data yang dihasilkan (Furr & Bacharach, 2008).
Pengukuran dapat diartikan sebagai cara atau prosedur kuantifikasi terhadap suatu atribut atau variabel di sepanjang suatu kontinum (Azwar, 2015). Furr dan Bacharach (2008) menjelaskan bahwa psikometrika sebagai sebuah ilmu lebih berfokus pada konseptual dan hubungan antara ide dan realita dalam pengukuran, bukan pada hitungan matematika dan aritmatika. Meskpiun demikian, dalam prosedur pengukuran, psikometrika tidak akan bisa lepas dari ilmu lain yang terkait seperti matematika dan statistika. Hal ini terkait dengan beberapa estimasi dalam menentukan validitas maupu reliabilitas dalam pengembangan alat ukur yang memerlukan pemahaman dasar formula matematika dan statistika. Begitu juga dua pendekatan yang digunakan, yakni pendekatan Teori Tes Klasik dan Teori Respon Butir juga merupakan turunan dari formula matematika yang diaplikasikan dalam pengukuran psikologi.
Pengukuran dapat diartikan sebagai cara atau prosedur kuantifikasi terhadap suatu atribut atau variabel di sepanjang suatu kontinum (Azwar, 2015). Furr dan Bacharach (2008) menjelaskan bahwa psikometrika sebagai sebuah ilmu lebih berfokus pada konseptual dan hubungan antara ide dan realita dalam pengukuran, bukan pada hitungan matematika dan aritmatika. Meskpiun demikian, dalam prosedur pengukuran, psikometrika tidak akan bisa lepas dari ilmu lain yang terkait seperti matematika dan statistika. Hal ini terkait dengan beberapa estimasi dalam menentukan validitas maupu reliabilitas dalam pengembangan alat ukur yang memerlukan pemahaman dasar formula matematika dan statistika. Begitu juga dua pendekatan yang digunakan, yakni pendekatan Teori Tes Klasik dan Teori Respon Butir juga merupakan turunan dari formula matematika yang diaplikasikan dalam pengukuran psikologi.
Azwar
(2016) menjelaskan bahwa dalam bidang Psikologi, atribut yang menjadi objek
pengukuran itu dapat dibagi menjadi dua, yakni atribut yang bersifat kemampuan
maupun atribut yang bersifat non-kemampuan. Atribut yang bersifat kemampuan
menunjukkan kapasitas intelektual individu oleh karena itu sering juga disebut
kemampuan kognitif. Atribut kemampuan ini dapat dibagi menjadi dua, yakni
kemampuan aktual dan kemampuan potensial. Kemampuan aktual merupakan
performansi nyata yang dimiliki individu saat ini pada satu bidang tertentu,
misalnya nilai pelajaran Kimia di kelas. Sedangkan kemampuan potensial merupakan
modal dasar yang dimiliki individu untuk mencapai performansi yang optimal. Kenyataannya,
performansi yang ditampilkan tidak selalu menggambarkan kemampuan potensi yang
dimiliki. Ada individu yang memiliki potensi namun tidak mampu memperlihatkan
performansi maksimal. Tingkat performansi dalam hal ini merpakan perpaduan dari
potensi dan usaha seseorang. Atribut psikologi
lainnya yaitu atribut non-kemampuan atau sering disebut juga sebagai kepribadian
atau atribut afektif.
Pengukuran
kedua macam ini juga berbeda. Dalam istilah umum, penyebutan alat ukur atribut
kemampuan disebut sebagai tes, sedangkan penyebutan alat ukur untuk atribut
non-kemampuan disebut skala. Tes terdiri atas tes pretasi (untuk mengukur
kemampuan aktual)serta tes inteligensi dan tes bakat (untuk mengukur kemampuan
potensi). Valid tidaknya hasil tes yang diperoleh bergantung pada apakah
individu tersebut bear-benar mengerjakan tes dengan usaha maksimal atau tidak. Sedangkan
valid tidaknya hasil yang diperoleh pada skala bergantung pada kejujuran
individu dalam menjawab. Perbedaan lainnya antara tes dan skala adalah pada item
dan responnya. Pada tes kognitif, subjek daat tahu arah dari pertanyaan serta
respon dapat dibagi menjadi respon yang benar dan salah. Sedangkan pada skala,
subjek tidak tahu arah pertanyaannya dan setiap respon bisa dianggap benar jika
subjek menjawab dengan jujur.
Secara sederhana penjelasan tentang psikometrika dapat dilihat di mind map di bawah.
Referensi
Azwar, S. (2015). Dasar-dasar
Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2016). Konstruksi Tes
Kemampuan Kognitif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Furr,
R. M., & Bacharach, V. R. (2008). Psychometrics:
An introduction. Thousand Oaks, CA: Sage.