Tulisan ini merupakan kelanjutan dari Part 1 yang sudah banyak memberikan panduan untuk melakukan input dan mulai mengnalisis data. Bagian ini akan banyak memberikan panduan dalam membaca output dan interpretasinya.
Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan LISREL (Part 1)
Hanif Akhtar
Seiring berkembangnya teknik analisis dengan SEM, semakin berkembang pula model-model pengukuran. Pada dasarnya, SEM menggabungkan antara model pengukuran dan model struktural untuk melihat hubungan antar variabel. Pengujian model dengan Confirmatory Factor Analysis (analisis faktor konfirmatori) hanya dilakukan untuk mengetahui model pengukuran dan bukan untuk megetahui hubungan antar variabel laten (Byrne, 1998). Tujuan CFA adalah untuk mengidentifikasi model yang tepat yang menjelaskan hubungan antara seperangkat item-item dengan konstrak yang diukur oleh item tersebut. Model pengukuran memiliki ketepatan model yang baik ketika item-item yang dilibatkan mampu menjadi indikator dari konstrak yang diukur yang dibuktikan dengan nilai eror pengukuran yang rendah dan loading factor komponen yang tinggi. Model ini diperoleh berdasarkan kajian teoritis yang sudah kuat. Berbeda dengan Exploratory Factor Analysis (EFA) dimana peneliti ingin melihat jumlah faktor dari data empiris yang diperoleh, CFA justru sudah menetapkan jumlah faktor dari kajian teoritis, sehingga tujuan analisis hanyalah untuk konfirmasi apakah model pengukuran yang diajukan sesuai dengan data.
Perbedaan Adaptasi, Modifikasi, dan Konstruksi Skala
Hanif Akhtar
Ada tiga istilah yang sering kita dengar dalam proses
penyusunan skala, yakni adaptasi, modifikasi, dan konstruksi. Beberapa orang sering
menganggap sama arti dari ketiga istilah ini, sedangkan beberapa menganggap berbeda
namun dengan pengertian yang masih tidak jelas. Beberapa literatur dalam bahasa
Indonesia juga sedikit sekali yang membahas ketiga istilah ini. Beberapa
dosen ada yang cukup strict dengan penggunaan istilah ini, maka bersiap-siap saja
kena tegur saat ujian jika kita mengatakan adaptasi skala tapi kita menambahkan
item-item buatan kita sendiri.
Icip-icip Belajar Coding R di DataCamp
Hanif Akhtar
Bagi yang belum berkenalan dengan R, silakan berkenalan
dulu di sini. Secara ringkas,
R ini adalah salah satu software olah data open
source. Meskipun gratis, R cukup powerful dan berkembang cukup pesat di
kalangan pegiat olad data. Beberapa ahli masih terus bergotong-royong mengembangkan
package dalam R hingga saat ini. Meskipun demikian, R mungkin masih nampak asing
bagi kita yang sudah terbiasa dengan SPSS karena bahasa yang digunakan lebih
banyak menggunakan bahasa pemrograman, tidak seperti SPSS yang tinggal klik. Namun,
tenang saja, banyak script R ini tersebar di internet, jadi kita tidak perlu
lagi membuat sendiri, tinggal cari saja di google apa kebutuhan kita.
Diskusi Seputar Try Out Terpakai
Hanif Akhtar
Permasalahan
try out terpakai atau uji coba terpakai memang masih menjadi perdebatan dalam
metodologi penelitian, terutama di bidang ilmu sosial. Apa itu sebenarnya try
out terpakai? Sebelumnya, mari kita refresh sejenak terkait dengan
langkah-langkah pokok dalam penelitian. Secara garis besar, semua penelitian
ilmu sosial akan melalui tahapan ini: 1) identifikasi masalah, 2) menyusun
landasan teori dan hipotesis, 3) menentukan variabel, 4) menyusun instrumen
penelitian, 5) sampling, 6) pengambilan data, 7) analisis data, dan 8) menulis
laporan.
Mengubah Skor ke Bentuk Skor Standar (Z-Score) dan Skor Terstandar T (T-Score) di SPSS
Hanif Akhtar
Skor standar (standard-scores)
adalah skor mentah yang telah diubah menjadi bentuk lain berdasarkan
penyimpangannya dari harga mean dan dinyatakan dalam satuan deviasi standar
yang (Azwar, 2015). Skor standar dinyatakan dalam Z-Score dengan distribusi skor baru yang memiliki
mean sama dengan 0 dan deviasi standar sama dengan 1. Apa
kegunaan dari Z score ini? Dalam skoring, penggunaan z-score ini berguna bila
jumlah item antara satu aspek dengan aspek yang lain tidak sama, padahal secara
teoritis aspek tersebut memiliki bobot yang sama besar. Z score juga berperan
jika kita hendak membandingkan prestasi dua kelompok yang diberikan tes dengan
jumlah item berbeda. Semisal si A mampu mengerjakan 8 soal dari 10 soal yang
diberikan, sedangkan si B mampu mengerjakan 8 soal dari 20 soal yang diberikan.
Meskipun skor mentah keduanya sama-sama 8, tapi karena jumlah item tersebut
berbeda, maka perbandingan dengan skor mentah saja tidak dapat dilakukan. Oleh karena
itu diperlukan transformasi ke bentuk z-score.
Berapa Jumlah Rater dan Nilai Minimal yang Dapat Diterima pada Uji Validitas Isi?
Hanif Akhtar
Salah satu prosedur utama yang digunakan dalam validasi
sebuah alat ukur adalah dengan cara validitas isi. Validitas isi ini dilakukan
sejak awal penyusunan tes, bukan setelah tes selesai dirancang. Validitas isi
terkait dengan apakah item-item dalam tes layak mewakili komponen dari kawasan
isi materi yang diukur atau sejauh mana item tersebut sesuai dengan indikator keperilakuan dari
atribut yang diukur (Azwar, 2012). Layak tidaknya suatu item ditentukan oleh
hasil penilaian (judgement) yang dilakukan oleh ahli/rater berdasarkan logic.
Judgement ini dapat ditingkatkan objektivitasnya jika dilakukan oleh banyak
orang.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari Part 1 yang sudah banyak memberikan panduan untuk melakukan input dan mulai mengnalisis data. Bagian ini akan banyak memberikan panduan dalam membaca output dan interpretasinya.
Seiring berkembangnya teknik analisis dengan SEM, semakin berkembang pula model-model pengukuran. Pada dasarnya, SEM menggabungkan antara model pengukuran dan model struktural untuk melihat hubungan antar variabel. Pengujian model dengan Confirmatory Factor Analysis (analisis faktor konfirmatori) hanya dilakukan untuk mengetahui model pengukuran dan bukan untuk megetahui hubungan antar variabel laten (Byrne, 1998). Tujuan CFA adalah untuk mengidentifikasi model yang tepat yang menjelaskan hubungan antara seperangkat item-item dengan konstrak yang diukur oleh item tersebut. Model pengukuran memiliki ketepatan model yang baik ketika item-item yang dilibatkan mampu menjadi indikator dari konstrak yang diukur yang dibuktikan dengan nilai eror pengukuran yang rendah dan loading factor komponen yang tinggi. Model ini diperoleh berdasarkan kajian teoritis yang sudah kuat. Berbeda dengan Exploratory Factor Analysis (EFA) dimana peneliti ingin melihat jumlah faktor dari data empiris yang diperoleh, CFA justru sudah menetapkan jumlah faktor dari kajian teoritis, sehingga tujuan analisis hanyalah untuk konfirmasi apakah model pengukuran yang diajukan sesuai dengan data.
Ada tiga istilah yang sering kita dengar dalam proses
penyusunan skala, yakni adaptasi, modifikasi, dan konstruksi. Beberapa orang sering
menganggap sama arti dari ketiga istilah ini, sedangkan beberapa menganggap berbeda
namun dengan pengertian yang masih tidak jelas. Beberapa literatur dalam bahasa
Indonesia juga sedikit sekali yang membahas ketiga istilah ini. Beberapa
dosen ada yang cukup strict dengan penggunaan istilah ini, maka bersiap-siap saja
kena tegur saat ujian jika kita mengatakan adaptasi skala tapi kita menambahkan
item-item buatan kita sendiri.
Bagi yang belum berkenalan dengan R, silakan berkenalan
dulu di sini. Secara ringkas,
R ini adalah salah satu software olah data open
source. Meskipun gratis, R cukup powerful dan berkembang cukup pesat di
kalangan pegiat olad data. Beberapa ahli masih terus bergotong-royong mengembangkan
package dalam R hingga saat ini. Meskipun demikian, R mungkin masih nampak asing
bagi kita yang sudah terbiasa dengan SPSS karena bahasa yang digunakan lebih
banyak menggunakan bahasa pemrograman, tidak seperti SPSS yang tinggal klik. Namun,
tenang saja, banyak script R ini tersebar di internet, jadi kita tidak perlu
lagi membuat sendiri, tinggal cari saja di google apa kebutuhan kita.
Permasalahan
try out terpakai atau uji coba terpakai memang masih menjadi perdebatan dalam
metodologi penelitian, terutama di bidang ilmu sosial. Apa itu sebenarnya try
out terpakai? Sebelumnya, mari kita refresh sejenak terkait dengan
langkah-langkah pokok dalam penelitian. Secara garis besar, semua penelitian
ilmu sosial akan melalui tahapan ini: 1) identifikasi masalah, 2) menyusun
landasan teori dan hipotesis, 3) menentukan variabel, 4) menyusun instrumen
penelitian, 5) sampling, 6) pengambilan data, 7) analisis data, dan 8) menulis
laporan.
Skor standar (standard-scores)
adalah skor mentah yang telah diubah menjadi bentuk lain berdasarkan
penyimpangannya dari harga mean dan dinyatakan dalam satuan deviasi standar
yang (Azwar, 2015). Skor standar dinyatakan dalam Z-Score dengan distribusi skor baru yang memiliki
mean sama dengan 0 dan deviasi standar sama dengan 1. Apa
kegunaan dari Z score ini? Dalam skoring, penggunaan z-score ini berguna bila
jumlah item antara satu aspek dengan aspek yang lain tidak sama, padahal secara
teoritis aspek tersebut memiliki bobot yang sama besar. Z score juga berperan
jika kita hendak membandingkan prestasi dua kelompok yang diberikan tes dengan
jumlah item berbeda. Semisal si A mampu mengerjakan 8 soal dari 10 soal yang
diberikan, sedangkan si B mampu mengerjakan 8 soal dari 20 soal yang diberikan.
Meskipun skor mentah keduanya sama-sama 8, tapi karena jumlah item tersebut
berbeda, maka perbandingan dengan skor mentah saja tidak dapat dilakukan. Oleh karena
itu diperlukan transformasi ke bentuk z-score.
Salah satu prosedur utama yang digunakan dalam validasi
sebuah alat ukur adalah dengan cara validitas isi. Validitas isi ini dilakukan
sejak awal penyusunan tes, bukan setelah tes selesai dirancang. Validitas isi
terkait dengan apakah item-item dalam tes layak mewakili komponen dari kawasan
isi materi yang diukur atau sejauh mana item tersebut sesuai dengan indikator keperilakuan dari
atribut yang diukur (Azwar, 2012). Layak tidaknya suatu item ditentukan oleh
hasil penilaian (judgement) yang dilakukan oleh ahli/rater berdasarkan logic.
Judgement ini dapat ditingkatkan objektivitasnya jika dilakukan oleh banyak
orang.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)