Dalam pengujian hipotesis, kita
sering langsung melihat pada nilai signifikansinya (p). Ketika nilai signifikansi
kurang dari 0,05 (p<0,05) maka hipotesis nihil ditolak dan hipotesis alternatif
diterima (Field, 2013). Panduan tersebut menjadi
dasar ketika membaca hasil pengujian hipotesis sehingga dengan mudah kita
menyimpulkan terdapat hubungan/perbedaan atau tidak terdapat
hubungan/perbedaan. Namun, kita tidak melihat apakah hipotesis tersebut diuji berdasar
1-tailed atau 2-tailed. Hal ini dikarenakan kita tidak sadar akan keberadaan
istilah tersebut dan tidak tahu fungsi dari adanya istilah tersebut.
Istilah 1-tailed dan 2-tailed
pasti akan ada pada semua pengujian hipotesis. Baik itu korelasional maupun
komparatif, kedua hal tersebut akan mengikutsertakan istilah 1-tailed atau
2-tailed. Dengan demikian, kita haruslah mengerti maksud dari kedua istilah
tersebut.
Secara sederhana, 1-tailed atau 2-tailed
merupakan sebuah patokan untuk menguji sebuah hipotesis. Perbedaan antara kedua
hal ini terletak pada hipotesis yang akan diuji. Maksudnya, hipotesis yang akan
diuji akan mempengaruhi patokan mana yang akan digunakan dalam pengujian.
Apakah itu 1-tailed atau 2-tailed. Perlu diingat kembali, bahwa hipotesis
terbagi menjadi dua berdasarkan arahnya, yaitu hipotesis yang terarah dan tidak
terarah.
Contoh hipotesis terarah :
- Korelasional : Semakin tinggi kecemasan seseorang maka
semakin tinggi pula kemalasan seseorang mengerjakan skripsi (Terdapat hubungan
positif antara kecemasan dan kemalasan seseorang mengerjakan skripsi)
- Komparatif : orang yang cemas
lebih malas mengerjakan skripsi daripada orang yang tidak cemas
Contoh di atas menunjukkan bahwa
hipotesis yang dibangun sudah terarah, yaitu telah diketahui bagaimana arah
hubungan atau arah perbedaannya. Maksudnya, dengan hipotesis tersebut kita langsung
memprediksi bahwa hubungan yang akan terjadi antara kecemasan dengan kemalasan seseorang
mengerjakan skripsi ialah hubungan positif. Semakin orang cemas maka semakin
dia malas mengerjakan skripsi. Konsekuensinya, kita tidak akan memprediksi hubungan
negatif antara kedua variabel tersebut. Berbeda dengan hipotesis tak terarah.
Contoh hipotesis tak terarah :
- Korelasional : Terdapat hubungan antara kecemasan
dengan kemalasan seseorang mengerjakan skripsi
- Komparatif : Terdapat perbedaan antara orang yang cemas dan tidak cemas pada
kemalasan mengerjakan skripsi
Dari contoh di atas, kita tidak
dapat mengetahui bagaimana hubungan yang akan terjadi. Apakah hubungan positif
atau negatif yang akan terjadi. Kita tidak dapat mengetahui bagaimana perbedaan
yang terjadi pula. Apakah A lebih tinggi dari pada B atau sebaliknya. Hal
inilah yang dimaksud dengan tidak terarah, yaitu tidak diketahuinya arah dari
suatu hipotesis.
Lalu, bagaimana menggunakan 1-tailed
dan 2-tailed?
Perlu dicatat :
- 1-tailed
digunakan untuk menguji hipotesis yang terarah
- 2-tailed digunakan untuk menguji hipotesis yang tidak
terarah
Mengapa bisa demikian?
|
Gambar 1. Grafik distribusi normal 1-tailed dan 2-tailed
Sumber: google.co.id
|
Gambar 1 menunjukkan grafik
distribusi normal 1-tailed (kiri) dan 2-tailed (kanan). Daerah yang berwarna
biru muda merupakan daerah penolakan H0 (hipotesis nihil).
Maksudnya, ketika nilai Z atau nilai signifikansi (p) berada pada titik
tersebut maka dapat dikatakan bahwa hipotesis nihil dapat ditolak dengan nilai
tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan terdapat hubungan atau perbedaan.
Hal yang membedakan dari 1-tailed dan 2-tailed ialah posisi daerah penolakan.
Jika menggunakan taraf
signifikansi yang sama yaitu sebesar 95% (α = 0.05), maka posisi daerah
penolakan dapat dijabarkan sebagai berikut:
- 1-tailed : Posisi penolakan
berada pada salah satu sisi. Baik itu sisi kanan (positif) maupun sisi kiri (negatif).
Dengan demikian, batas daerah penolakan tetap 5% karena tidak terbagi dalam dua
sisi. Hal ini membuat patokan ini
menjadi lebih longgar dalam menolak hipotesis nihil.
- 2-tailed : Posisi penolakan
berada pada kedua sisi. Hal ini membuat daerah penolakan akan menjadi lebih
kecil karena dibagi menjadi dua. Setiap daerah penolakan baik itu di kanan atau
di kiri memiliki batas 2,5%. Tentunya, nilai ini akan membuat penolakan
hipotesis akan semakin ketat. Jika kedua daerah tersebut diperluas menjadi 5%
maka taraf signifikansi akan menjadi 90%.
Contoh :
Terdapat dua distribusi data yang masing-masing berisi tentang
motivasi berprestasi dan jenis kelamin. Dari dua distribusi tersebut dibuatlah
hipotesis sebagai berikut:
H0 : Laki-laki
memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dibanding perempuan
Ha : tidak
terdapat perbedaan motivasi berprestasi antara laki-laki dan perempuan.
Analisis
yang digunakan ialah t-test. Uji ini menghasilkan nilai t sebesar 1,897 dengan
df 15. Rata-rata nilai motivasi berpretasi laki-laki sebesar 2,46 dan perempuan
sebesar 2,24. Apakah nilai t tersebut dapat signifikan untuk menolak H0?
Jawab :
Secara tradisional, untuk
menjawab pertanyaan ini diperlukan tabel t kritis. Tabel ini sudah sangat lazim bagi pengguna statistik
dan dijadikan sebagai pedoman. Berikut potongan tabel t kritis:
Df
|
1-tailed
|
0,05
|
0,025
|
0,01
|
2-tailed
|
0,1
|
0,05
|
0,02
|
14
|
1,761
|
2,145
|
2,635
|
15
|
1,753
|
2,132
|
2,603
|
16
|
1,746
|
2,112
|
2,584
|
17
|
1.740
|
2,110
|
2,567
|
Cara membaca tabel tersebut,
pertama carilah nilai df yang sesuai dengan data milik kita. Kedua, bandingkan
nilai t yang kita memperoleh (thitung) dengan nilai t yang ada pada
tabel (ttabel). Jika nilai thitung lebih besar dari ttabel pada
signifikansi tertentu (thitung > ttabel) maka hipotesis
nihil dapat ditolak. Dengan kata lain, terdapat perbedaan.
Pada kasus ini, hipotesis yang
dibuat ialah hipotesis terarah sehingga kita menggunakan signifikansi 1-tailed.
Dengan demikian kita akan melirik nilai dari baris df = 15 dan kolom 1-tailed sebesar
0,05. Artinya, nilai t tersebut dapat menolak karena thitung > ttabel pada
taraf 1-tailed 0,05. Sehingga dapat disimpulkan Laki-laki memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi dibanding perempuan secara signifikan.
Contoh menggunakan SPSS :
- H0 : Kepemimpinan
dan Loyalitas tidak berhubungan
- Ha : Kepemimpinan
dan Loyalitas memiliki hubungan negatif
|
Gambar 2
Hasil korelasi dengan SPSS menggunakan patokan 2-tailed
|
|
Gambar 3 Hasil korelasi dengan SPSS menggunakan patokan 1-tailed
|
Berdasar contoh ini, penggunaan
signifikansi 2-tailed menunjukkan nilai p sebesar 0.066 (p>0,05) sehingga H0.
Hal tersebut bermakna bahwa tidak terdapat hubungan antara kecemasan dengan
kemalasan mengerjakan skripsi. Namun, jika menggunakan 1-tailed, nilai
signifikansi sebesar 0,033 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak. Dengan kata lain, terdapat hubungan positif antara kecemasan
dengan kemalasan mengerjakan skripsi. Penggunaan 1-tailed pada hipotesis
terarah akan membuat penarikan kesimpulan analisis menjadi lebih tepat.
Perlu dicatat, bahwa pembuatan
hipotesis harus berdasarkan teori-teori yang mendukung. Jika teori-teori dirasa
belum cukup untuk membuat hipotesis terarah maka kita dapat menggunakan
hipotesis tidak terarah dan menggunakan signifikansi 2-tailed.
KESIMPULAN
Signifikansi 1-tailed dan
2-tailed digunakan sebagai patokan untuk menolak/menerima hipotesis. 1-tailed
digunakan untuk menguji hipotesis terarah. Sedangkan 2-tailed digunakan untuk
menguji hipotesis yang tidak terarah.
Referensi
Field, A. (2009). Discovering
Statistics Using SPSS (Third Edition). California: SAGE Publisher.
Pak bagaimana jika t hitung bernilai negatif dan nilai p < 0,05. Contohnya t hitung < t tabel (-0,625 < 1,667)? Terimakasih pak, mohon dijawab
ReplyDeletesaya mencoba untuk menjawab atas dasar pengetahuan saya, jika t hitung bernilai negatif maka t tabel mengikuti nilai negatif tersebut jadi dituliskan t tabelnya bernilai negatif juga
Deletekemudian untuk pengambilan keputusannya
jika t hitung bernilai negatif, apabila
- Thitung < - Ttabel = H0 ditolak
- Thitung > - Ttabel = H0 diterima
Jika ttabel juga di negatifkan, untuk penelitian one tailed atau two tailed ya pak?
Deletepak izin bertanya,
ReplyDeleteJika hipotesis saya (X1 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Y)
berarti saya menggunakan 1 tailed ya pak ?
h0 = B < 0 dan sig > 0,05 (h0 diterima)
Ha = B > 0 dan sig < 0,05 (h0 ditolak)
Apakah sudah benar pak ?
Ya betul pakai 1 tailed. Hanya saja utk hipotesis statistiknya kurang tepat, Ho bukan B < 0, tapi B=0
DeletePak bagaimana dengan rumusan masalahnya? Apakah juga harus mengikuti hipotesis? Cth: apakah x1 berpengaruh positif signifikan terhadap y?
DeleteApakh sudah tepat seperti itu pak?
Pak mau nanya..ini saya punya 3 variabel X . terus X1 nya nilainya negatif thitungttabel . udah benar belum pak saya menggunakan 2 tailed ?
ReplyDeleteX3 nilainya positif thitung>ttabel
Pak, saya mau tanya. Untuk pengambilan keputusan dari hipotesis negatif satu arah uji t, seperti apa ya?
ReplyDeleteApakah seperti ini?
-(t-hitung) < -(t-tabel) = Ho ditolak
-(t-hitung) > -(t-tabrl) = Ho tidak ditolak
Terima kasih
Pak bagaimana untuk kriteria pengujian 2 tailed ? Beda atau sama untuk 1 tailed??
ReplyDeletePak uji 2 arah bisa diubah ke 1 arah?
ReplyDeleteUntuk uji 2 arah apakah bisa diubah satu arah ? Klo bisa caranya bagaimna pak
ReplyDeletePak mau nanya jika uji hipotesis saya menggunakan 1-tailed tetapi uji normalitas di SPSS hanya ada 2 tailed boleh tidak pak?
ReplyDeletepak tolong bantu jawab uji hipotesis saya menggunakan 1-tailed. tetapi di uji normalitas di spss hanya ada 2-tailed? jadi bagaimana cara mengerjakannya pak?
ReplyDeletePak izin bertanya jika Saya menggunakan penelitian 2 arah untuk hasil sig nya misal 0.003 tapi untuk t hitungnya negatif alias lebih kecil dari nilai t tabelnya. Itu berarti hasil penelitiannya tidak berpengaruh signifikan begitu Pak ?
ReplyDeleteTapi untuk hipotesisnya tidak Ada kata signifikan ya Pak.
Bagaiamana ya ?
Pak bagaimana jika nilai original sample negatif tapi p value nya bernilai signifikan dan positif
ReplyDeletePak mau tanya, kalau didapatkan nilai 2-tailed sebesar 0,001 itu artinya bagaimana yaa?
ReplyDeletePak, skripsi saya pakai analisis regresi berganda, untuk mendapatkan hasil 1 tailed nya gimana ya di SPSS? Apakah cukup dengan menggunakan cara yang sama tapi hasil signifikansinya dibagi 2? Terima kasih
ReplyDelete