Dalam beberapa analisis statistik parametrik, seperti
korelasi pearson dan analisis regresi, salah satu asumsi yang mendasari
analisis adalah hubungan antar variabel membentuk pola (model) yang linear.
Model linear artinya pola hubungan kedua variabel independen dan dependen akan
membentuk satu garis lurus. Beberapa pendapat muncul terkait perlu tidaknya
kita menguji asumsi linearitas ini terlebuh dahulu sebelum melakukan uji
hipotesis. Pendapat ini wajar saja, karena memang uji hipotesis, dengan
korelasi pearson misalnya, mendasarkan hubungannya harus linear, jadi ketika
hasil korelasi signifikan, sudah dipastikan asumsi linearitas juga terpenuhi.
Jadi menguji asumsi linearitas di awal adalah sesuatu yang mubazir.
Namun pada kenyataannya, tidak semua variabel Psikologi
di dunia ini hubungannya linear. Ada yang membentuk kurve. Seperti hubungan antara uang dan kebahagiaan,
pada tingkatan rendah, uang memang akan dapat meningkatkan kebahagiaan. Tapi
pada satu titik tertentu, peningkatan uang tidak terlalu berpengaruh lagi
terhadap peningkatan kebahagiaan. Tetapi tetap kita harus akui, ada hubungan
antara uang dan kebahagiaan, meskipun pola hubungannya tidak linear sempurna.
Di sini saya akan menyajikan contoh penelitian yang dapat menjelaskan perlunya
kita melihat linearitas hubungan dan apa pengaruhnya terhadap penyimulan
statistik kita.
Contoh penelitian
Berikut ini adalah penelitian fiktif dengan data fiktif
yang dapat memberi gambaran bahwa tidak semua hubungan antar variabel di muka
bumi ini linear.
Variabel dependen :
Performa kerja
Variabel independen :
Stress kerja
Hipotesis :
Stress kerja berhubungan dengan performa kerja. Semakin tinggi stress kerja,
maka semakin rendah performa kerja.
Penelitian ini jelas dasarnya, bahwa stress yang
dirasakan pegawai justru dapat membuat performa pegawai menurun. Oleh karena
itu beberapa perusahaan berusaha menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan
agar pegawai tidak stress, sehingga performanya akan meningkat.
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan analisis korelasi
Pearson, ternyata hasilnya seperti ini.
Correlations
|
|
Stres
|
Performa
|
Stres
|
Pearson Correlation
|
1
|
,103
|
Sig. (2-tailed)
|
|
,353
|
N
|
83
|
83
|
Performa
|
Pearson Correlation
|
,103
|
1
|
Sig. (2-tailed)
|
,353
|
|
N
|
83
|
83
|
Hubungan antara stress dan performa tidak signifikan (p
> 0,05). Padahal dari hasil kajian teori kita sudah sangat yakin bahwa
stress berhubungan kuat denga performa kerja. Alat ukur yang digunakan juga
sudah valid dan reliabel. Lalu apa yang salah dengan hasil uji hipotesis kita?
Kenapa dikatakan tidak ada hubungan?
Uji Asumsi
Linearitas
Di saat seperti inilah verifikasi asumsi linearitas itu
diperlukan. Apakah hubungan yang ada antara stress dan performa ini membentuk
hubungan yang linear? Atau justru membentuk pola yang lain. Untuk melakukan uji
linearitas di SPSS kita dapat melakukan prosedur ini.
1.
Analyze –
compare means – means
2.
Masukkan variabel performa
ke dependent list, dan variabel stress ke independent list
3.
Klik options –
centang test for linearity – continue
4.
Ok
ANOVA
Table
|
|
Sum of
Squares
|
df
|
Mean
Square
|
F
|
Sig.
|
Performa * Stres
|
Between Groups
|
(Combined)
|
594,077
|
39
|
15,233
|
143,958
|
,000
|
Linearity
|
6,389
|
1
|
6,389
|
60,381
|
,000
|
Deviation from Linearity
|
587,687
|
38
|
15,465
|
146,157
|
,000
|
Within Groups
|
4,550
|
43
|
,106
|
|
|
Total
|
598,627
|
82
|
|
|
|
Pada tabel ANOVA kita bisa memverifikasi linearitas itu
pada bagian linearity dan Deviation from linearity. Ada dua pendapat memang. Linearity ini menggambarkan apakah model linear dapat menjelaskan dengan baik hubungan antar variabel. Jika linearity signifikan (p<0,05), maka itu berarti hubungan antar variabel dapat dijelaskan menggunakan model linear. Deviation from linearity menunjukkan penyimpangan dari pola linear. Jika
penyimpangan ini signifikan (sig < 0,05), itu artinya data kita tidak
linear. Namun jika penyimpangan ini tidak signifikan (sig > 0,05), itu
menunjukkan tidak ada perbedaan data kita dengan data linear ideal, dengan
demikian kita dapat menyataka data kita linear. Dari output di atas kita bisa
lihat, nilai F linarity sebesar 143,958 (p<0,05), dengan demikian dapat dikatakan model linear dapat menjelaskan dengan baik hubungan antar variabel. Tapi kalau kita lihat nilai F deviation from linearity sebesar 146,15 (p < 0,05), menunjukkan model linear mengenai hubungan antar variabel akan memberikan informasi yang kurang lengkap. Sehingga diperlukan uji model non-linear pada data kita. Ini dilakukan untuk melihat manakah model yang terbaik menjelaskan pola hubungan ini. Oleh karena itu wajarlah bila
hasil uji korelasi pearson kita tidak signifikan, karena memang pola hubungan linear hanya memberikan sedikit informasi. Padahal korelasi pearson sendiri menghendak
hubungan yang linear.
Melihat Pola
Hubungan Antar Variabel
Untuk melihat pola hubungan apa yang tepat diterapkan
pada data kita, kita bisa cek dengan prosedur ini.
1.
Klik analyze –
regression – curve estimation
2.
Masukkan performa
ke kotak dependent dan stress ke kotak independent
3. Centang model linear, Quadratic, dan S
4.
Ok
Model
Summary and Parameter Estimates
|
Dependent Variable:
Performa
|
Equation
|
Model
Summary
|
Parameter
Estimates
|
R Square
|
F
|
df1
|
df2
|
Sig.
|
Constant
|
b1
|
b2
|
Linear
|
,011
|
,874
|
1
|
81
|
,353
|
4,816
|
,027
|
|
Quadratic
|
,867
|
260,450
|
2
|
80
|
,000
|
-14,692
|
1,463
|
-,023
|
S
|
,209
|
21,410
|
1
|
81
|
,000
|
2,196
|
-17,832
|
|
The independent variable is Stres.
|
Tabel Model Summary
and Parameter estimates menunjukkan model mana yang tepat untuk
menganalisis data kita. Ketiga model ini adalah yang paling umum, meskipun
masih ada kemungkinan model yang lain. Dari nilai R square pada tabel terlihat bahwa model yang paling tepat adalah
model Quadratic karena memiliki R
square paling tinggi diantara semua pola. Jika menggunakan model kudratik kita
akan mendapatkan sumbangan efektif sebesar 86,7%, sedangkan kalau menggunakan
model linear hanya menghasilkan 1,1%.
Gambar di atas menunjukkan bahwa model Quadratic hampir
menyamai pola hubungan antra stress dengan performa. Pada stress tingkat rendah,
semakin tinggi stress jsutru semakin tinggi performa. Namun pada tingkat stress
tinggi, semakin tinggi stress semakin rendah performa. Secara teoritis hal ini
bisa masuk akal karena jika stress kerja terlalu rendah, justru pegawai tidak
termotivasi dan berakibat rendahnya performa.
Jika melihat pola hubungan di atas, nampaklah bahwa
sebenarnya ada hubungan antara stress dengan performa kerja. Meskipun demikian
pola hubungan yang terjadi tidak linear, namun membentuk pola kuadratik. Lalu
bagaimana cara mengatasinya. Ada beberapa teknik analisis ya bisa digunakan,
tapi pada kasus di atas, cara paling sederhana adalah dengan membagi data
menjadi dua kelompok dan dianalisis secara terpisah. Kedua kelompok yang
dimaksud adalah kelompok yang memiliki tingkat stress rendah (di bawah mean) dan
kelompok yang memiliki tingkat stress tinggi (di atas mean).
Membagi Dua
Kelompok
Untuk melihat nilai mean yang akan kita gunakan sebagai
batas pemisah kelompok stress rendah dan stress tinggi, kita bisa lihat di
statistik descriptif. Caranya adalah
1.
Klik analyze –
descriptive statistics – descriptives
2.
Masukkan stress
ke variables
3.
Ok
Dari output, kita tahu bahwa meannya adalah 33,96.
Sekarang kita akan bagi data menjadi dua kelompok, yakni
adalah kelompok yang memiliki tingkat stress rendah (di bawah mean) dan
kelompok yang memiliki tingkat stress tinggi (di atas mean). Caranya adalah:
1.
Transform
– recode into different variables
2.
Masukkan variabel stress
pada menu Numeric
3.
Di output
variables, pada kolom name tulis
nama variabel baru sebagai nama variabel kita. Misal dalam contoh ini saya beri
nama kat_stress, lalu klik change
4.
Klik Old and New
Variables
5.
Pada menu selanjutnya klik Range, Lowest through value,
isi dengan angka 33,96. Pada New Value,
tulis angka 1, lalu klik Add
6.
Setelah kategori pertama masuk, kita klik Range, value through highest. Isi dengan angka 33,96, lalu pada kotak New Value tulis 2 dan klik Add.
7.
Klik Continue,
lalu OK. Variabel kat_stress akan
muncul pada data
Menganalisis
Korelasi Masing-masing kelompok
Dalam data baru kita, ada variabel baru yang muncul,
yakni kat_stress yang menunjukkan kelompok stress. Nilai 1 menunjukkan kelompok
rendah, dan nilai 2 menunjukkan kelompok tinggi.
Untuk menganalisis pada masing-masing kelompok pada SPSS,
kita gunakan menu split file. Caranya adalah:
1. Klik data – split file
2.
Pilih compare
group
3. Masukkan
variabel kat_stress
4.
Ok
Setelah itu kita bisa mengkorelasikan seerti biasa dengan
korelasi pearson. Caranya adalah:
1.
Klik analyze –
correlate – bivariate
2.
Masukkan variabel stress
dan performa
3. Ok
Maka akan muncul output seperti ini
Correlations
|
kat_stress
|
Stres
|
Performa
|
1,00
|
Stres
|
Pearson Correlation
|
1
|
,991**
|
Sig. (2-tailed)
|
|
,000
|
N
|
32
|
32
|
Performa
|
Pearson Correlation
|
,991**
|
1
|
Sig. (2-tailed)
|
,000
|
|
N
|
32
|
32
|
2,00
|
Stres
|
Pearson Correlation
|
1
|
-,986**
|
Sig. (2-tailed)
|
|
,000
|
N
|
51
|
51
|
Performa
|
Pearson Correlation
|
-,986**
|
1
|
Sig. (2-tailed)
|
,000
|
|
N
|
51
|
51
|
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
|
Output di atas dibedakan berdasarkan kelompok stress
(kat_stress). Pada kat_stress 1 (kelompok rendah), stress berkorelasi positif
secara signifikan dengan performa (p<0,01) dengan r = 0,991. Sedangkan pada
kat_stress 2 (kelompok tinggi), stress berkorelasi negatif secara signifikan
dengan performa (p<0,01) dengan nilai r = -0,986. Dari hasil
tersebut nampaklah bahwa sebenarnya ada hubungan antara stress dengan performa
kerja. Pada stress tingkat rendah, semakin tinggi stress jsutru semakin tinggi
performa. Namun pada tingkat stress tinggi, semakin tinggi stress semakin
rendah performa.
Dari penjelasan di atas, nampaklah bahwa verifikasi asumsi linearitas penting untuk dilakukan jika uji hipotesis kita yang menyatakan ada hubungan antar variabel ternyata tidak terbukti, padahal teori yang digunakan sudah kuat. Varifikasi uji asumsi perlu dilakukan untuk melihat apakah bola hubungan yang terjadi sifatnya linear atau bentuk hubungan yang lain, seperti kuadratik seperti pada contoh di atas. Dengan demikian analisisnya pun bisa mengikuti, yakni dengan membagi analisis pada beberapa bagian.
NOTE: data yang digunakan untuk simulasi ini adalah
fiktif, jadi memang dibuat too good to
be true, dan koefisien korelasinya bisa sangat tinggi seperti itu. Dalam
dunia nyata mungkin hal ini jarag terjadi.
Maaf, saya seorang mahasiswi dan sedang mengerjakan skripsi, saya menggunakan uji hipotesis korelasi product moment dan uji linearitas regresi sederhana, saat pengujian linearitasnya tidak linear tetapi keberartian regresinya berarti, lalu saya harus bagaimana? Tetap melanjutkan jika data tidak linear atau menggantinya?
ReplyDeleteBisa melanjutkan tnpa uji linear,atw cb pemotongan data..kalau mentok sdh tdk bisa klo datany kuesioner bs disesuaikan atw perlakuan khusus..
DeleteCall us zaf konsultan statistik www.zafolahdata.com
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletePak, saya mencoba melakukan uni linearitas dengan data 5N, tetapi waktu saya uji linearitas yabel annova nya tidak kebaca, mohon bantuannya pak apakah masih bisa di uji pakai linearitas atau nggak?
ReplyDeletePak kalau penelitian saya judulnya tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas konsumen apakah membutuhkan uji liniearitas ?
ReplyDeletepak, saya mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi saat ini. saya menggunakan PLS serta uji asumsi klasik. tapi saat uji linearitas, semua data saya sig < 0.05 yang menunjukkan data tidak linear. apa yang harus dilakukan. terimakasih sebelumnya
ReplyDeleteAssalamualaikum pak.saya mahasiswa saya sedang menyelesaikan skripsi saya .tpi saya terhambat pas uji linieritas nya pak .karena uji linearitas <0.05
DeleteKarena judul saya pengaruh stres kerja terhadap kinerja pegawai
Gimana solusi nya pak
Kak infoin jawabannya yaa.. aku juga lagi mengalami hal yang sama 😭
DeleteTolong di respon pak .🙏🙏
ReplyDeletePak setelah di ikuti step dari bapak ..apakah kita ulang lagi validitas dan reliabilitas yg. Dgn uji2 yang lain
ReplyDeletebapak, mau tanya soal data yang tidak linier. bagaimana cara singkat untuk mengubah jadi linier??
ReplyDeletemohon sarannya, Terimakasih
Assalamualaikum pak mau tanya kalau kita uji linieritas pakai data yang sudah ditransform gimana pak
ReplyDeleteSelamat siang Pak, saya mau bertanya, saya melakukan analisis regresi linier berganda. Lalu saat uji normalitas data, hasilnya normal, tetapi saat uji linier malah jadi tidak linier.. Bagaimana ya pak??
ReplyDeleteSama
DeletePak saya kan lagi melakukan uji perason. Nilai corelasi dan sig nya tidak berhubungan. Tapi ketika saya analisis regresi linear berganda malah berhubungan.
ReplyDeletePermisi pak izin bertanya, untuk uji linearitas saya angka signifikansi nya dibawah 0,05, apakah ada pendapat ahli yang menyatakan bahwa untuk nilai signifikansi dibawah 0,05 masih bisa dilanjutkan pak? terimakasih
ReplyDeleteIjin pak. Saya mau bertanya ketika saya melakukan uji linear sbb:
ReplyDelete1. Pengujian linear Variabel X1 dan Y dengan hasil dimana taraf signifikan 0,000 < 0,05 makan di nyatakan linear
2 pada pengujian linear varabel X2 dan Y dimana hasil traf signifikan yang 0.325 > 0,05 maka dinyakan tidak liner apakah ini tidak bermasalah pak.