Dalam
penelitian kuantitatif di Psikologi, salah satu pertanyaan yang paling banyak
ditanyakan adalah berapa jumlah sampel yang ideal untuk penelitian saya. Di
beberapa literatur dijelaskan cara menentukan jumlah sampel minimal dari suatu
populasi yang diketahui. Yang paling populer, misalnya dengan melihat tabel Krejcie,
tabel Isaac, atau rumus Slovin, meskipun beberapa peneliti juga meragukan
referensi dari cara tersebut. Masalahnya, di Psikologi sebagian besar penelitian
tidak diketahui jumlah populasinya dan penelitian hanya difokuskan pada
variabel. Apalagi pada penelitian
eksperimen, besarnya sampel tidak ditentukan oleh besarnya populasi. Hal ini menyulitkan
peneliti untuk menentukan berapa jumlah sampel minimal yang dibutuhkan.
Beberapa
peneliti juga menetapkan cara yang kurang tepat untuk menentukan jumlah sampel,
misalkan dengan mengatakan gunakan sampel sebanyak-banyaknya, atau menggunakan
standar yang tidak jelas asal-usulnya, misalkan yang penting di atas 30. Beberapa
juga menggunakan alasan praktis sebagai pertimbangan pemilihan jumlah sampel,
seperti ketersediaan waktu dan dana. Padahal dalam penelitian kuantitatif,
jumlah sampel sangat berpengaruh terhadap penyimpulan hasil penelitian kita.
Penentuan jumlah sampel juga tidak bisa dilepaskan dari isu metodologi, isu
etik, dan isu sumber daya yang dimiliki untuk menjalankan penelitian. Idealnya,
sampel tidak boleh terlalu kecil, namun juga jangan berlebihan.
Masalah dengan jumlah sampel
yang terlalu kecil dan terlalu besar
Jumlah
sampel yang terlalu kecil akan menyebabkan kekuatan uji statistik (statistical power) yang rendah. Hal tersebut
berdampak pada kemungkinan terjadinya kesalahan tipe II (type II error) dimana hipotesis nol diterima secara tidak benar, atau
dengan kata lain penelitian gagal mengidentifikasi perbedaan atau efek
signifikan yang sebenarnya ada. Kesalahan tipe II ini disebut juga false negative dimana sebenarnya ada
efek signifikan, namun oleh analisis statistik disimpulkan tidak ada karena
kurangnya power. Hal ini tentu akan berpengaruh besar terhadap penyimpulan
hasil analisis kita.
Sementara
itu sampel yang terlalu besar juga membawa masalah tersendiri bagi peneliti,
terutama berkaitan dengan isu etik dan sumber daya penelitian. Sampel yang
besar tentu akan memakan banyak waktu dan biaya. Dalam penelitian eksperimen,
sampel besar tentu juga harus diawasi ketat oleh isu etik dimana akan semakin
banyak orang yang akan dikenakan perlakuan/intervensi eksperimen. Bayangkan jika
eksperimen tersebut adalah eksperimen tentang suatu psikoterapi yang belum
teruji dan bisa jadi justru membuat subjek menjadi tidak nyaman. Sampel yang
terlalu besar juga akan membuat hasil analisis cenderung signifikan, sehingga
terkesan intervensi yang diberikan berdampak besar meskipun dengan effect size yang kecil, yang secara
klinis tidak terlalu berpengaruh.
Menentukan jumlah sampel
Untuk
menentukan jumlah sampel ideal, peneliti harus memahami tiga konsep penting
dalam analisis statistik, yakni kriteria
signifikansi, kekuatan uji statistik (statistical
power), dan besaran efek (effect size).
Penjelasan lengkap ketiga konsep tersebut saya bahas di tulisan ini. Tapi
pada intinya, untuk bisa menentukan jumlah sampel yang ideal, kita harus bisa
menentukan tiga paramater tersebut sebelum mengambil data.
Sebagian
besar penelitian Psikologi dan humaniora memberikan toleransi 5% (α = 0.05)
terhadap terjadinya kesalahan Tipe I (Cohen, 1988). Toleransi terhadap
kesalahan Tipe I dilambangkan dengan p, sehingga nilai p di bawah 0,05 (di
bawah batas toleransi) dianggap sebagai temuan yang signifikan dan sebaliknya. Sementara
itu, sebagian besar penelitian Psikologi dan humaniora juga memberikan
toleransi 20% terjadinya kesalahan Tipe II, sehingga penelitian-penelitian
tersebut memiliki kekuatan uji statistik sebesar 80% (Cohen, 1990). Tentu saja,
peneliti bisa mengubah standar ini, misal peneliti melakukan penelitian yang
cukup beresiko, peneliti dapat memperketat patokan dengan menaikkan kriteria
signifikansi menjadi p < 0,01. Namun secara ringkas, uji statistik di bidang
Psikologi pada umumnya menginginkan kriteria signifikansi dengan p < 0,05
dan kekuatan uji statistik di atas 80%.
Jika
kriteria signifikansi dan kekuatan uji statistik sudah bisa ditentukan, lalu
bagaimana menentukan besaran efek? Pertanyaan ini seperti masalah ayam dan
telur, bagaimana bisa kita menentukan besaran efek jika kita sendiri belum
mengambil data. Ada dua strategi yang dapat digunakan. Pertama, menggunakan data
set lain untuk memprediksi besaran efek. Misalnya, peneliti dapat melakukan
studi awal untuk mendapatkan perkiraan kasar besaran efek. Atau, peneliti dapat
menggunakan hasil dari studi terkait, yang sudah dipublikasikan oleh peneliti
lain yang melakukan penelitian pada topik yang sama.
Cara
kedua adalah menggunakan penilaian klinis untuk menentukan besaran efek
terkecil yang dianggap relevan. Misalnya, dalam penelitian eksperimen dengan
desain pre-post dengan menggunakan analisis paired sample t-test, jika peneliti
merasa penting untuk mendeteksi adanya efek kecil sekalipun, peneliti dapat
memilih nilai 0,2. Klasifikasi besaran efek dapat dilihat pada tabel di bawah.
Catatan:
Jika kita analisis uji beda (t-test) menggunakan SPSS, maka dia tidak bisa mengeluarkan nilai Cohen's d secara otomatis, kita perlu menghitung manual dari nilai mean dan SD di output yang ada. Gunakan JASP jika ingin langsung tahu nilai Cohen's d.
Jika peneliti sudah menetapkan kriteria
signifikansi, kekuatan uji statistik, dan besaran efek, maka peneliti dapat
menghitung besaran sampel dengan rumus berikut.
Uji beda dua kelompok
ni
= besaran sampel
z
= skor z dari distribusi normal di bawah probabilitas
d
= besaran efek d
r = besaran efek r
Sebagai
contoh, penelitian ingin menguji beda kelompok kontrol dan kelompok eksperiman.
Jika penelitian sebelumnya menemukan besaran efek sebesar 0,5, maka peneliti dapat
menentukan parameter kriteria signifikansi, α = 0,05, two-tailed dan power, 1-β
= 0,80 dan mengharapkan besaran efek sebesar 0,5. Dengan demikian dapat
dihitung Z1-α/2 = 1,960 dan Z1-β = 0,842 (menggunakan tabel distribusi normal)
sehingga diperoleh besaran sampel 2*((1,960+0,842)/0,5)^2 = ~ 64 partisipan per
kelompok.
Bagi
yang enggan menghitung manual, tenang saja, sekarang ini sudah banyak
kalkulator untuk menghitung formula tersebut, baik secara online maupun
menggunakan software. Salah satu kalkulator online dapat dibuka di website ini. Di situ kita
tinggal memasukkan jenis tes kita (uji beda atau korelasi), jenis hipotesis (two-tails atau one-tail), besaran efek,
kriteria signiifikansi, dan kekuatan uji statistik. Misalkan dengan data yang
tadi, ketika kita klik submit, maka kalkulator akan menghitung besarnya sampel
ideal untuk penelitian kita. Untuk menghitung dengan software G*Power akan saya
jelaskan pada tulisan ini.
Catatan:
Dalam penelitian untuk mencapai generalisasi, selain pertimbangan besaran sampel tersebut, peneliti juga harus mempertimbangkan aspek representasi. Ukuran sampel besar belum tentu merepresentasikan populasi yang diteliti. Oleh karena itu, sampel yang dilibatkan dalam prosedur ini perlu merepresentasikan populasi sehingga nilai statistik yang diperoleh sampel dapat menggambarkan parameter populasi.
Referensi:
Cohen,
J. (1988). Statistical power analysis for
the behavioral sciences. United State of America: Lawrence Erlbaum
Associates.
Cohen,
J. (1990). Things I have learned (so far). American
Psychologist, 45(12), 1304- 1312. doi: 10.1037/0003-066X.45.12.1304
Pak Admin, izin bertanya, bagaimana kalau menentukan sample size untuk validitas? apakah sama seperti yang dijelaskan diatas? Apakah jumlah butir tidak memengaruhi? Terima kasih
ReplyDeleteKak bisa adakan tutorial JASP menggunakaj metode K-medoid atau CLARA, kedua2 nya juga boleh kak
ReplyDeletePak Admin, izin bertanya, bagaimana kalau menentukan sample size untuk validitas? apakah sama seperti yang dijelaskan diatas? Apakah jumlah butir tidak memengaruhi? Terima kasih
ReplyDeleteManufacturing Business Ideas In Hindi 2022
Whether you are just starting your company, working with a new vendor or just want to learn more about how QuickBooks works, dial Quickbooks Support Phone Number +1 866-669-5068 for help along the way.
ReplyDeleteWhen you or your company need help with QuickBooks or any other aspect of your business, dial Quickbooks Support Phone Number +1 888-698-6548.
ReplyDelete
ReplyDeleteWebomates has a team of experienced DevOps testing with the expertise to build automated tests for your cloud-based applications, APIs and infrastructure. Our DevOps specialists have a holistic view of testing for Dev, Stage and Production environments and are adept at creating efficient automation test suites to support DevOps.
Useful blog.
ReplyDeleteBansal Packers and Movers (P) Ltd has been providing the best warehousing and storage services in Bangalore. For a decade, we have provided excellent Household Goods Storage, Documents storage in services whitefield Commercial Goods Storage, Packers and Movers, Electronic Goods Storage, 4 Wheeler Storage, two wheeler stoarge Services in whitefield or more to our customers. Bansal Packers and Movers (P) Ltd has been a stupendous moving company that endeavors to provide a rich quality service to satisfy our consumers' requirements and demands. We value our consumers' opinions, thoughts, and ways of thinking similar to their household goods and products.
Documents storage Services in whitefield
household goods storage Services in whitefield
Two wheeler Stoarge Services in Whitefield
4 wheeler storage Services in whitefield
electronic goods storage Services in whitefield
storage for short and long term Services in whitefield
packers and movers Services in whitefield
commercial goods storage Services in Whitefield
Well Development project it is. So we are wondering to know more. Thanks for your understanding.
ReplyDeleteBest IVF Services in Delhi
What a wonderful blog it contains some interesting topics and help me to understand new things keep doing this work also check out this Best Orthopedics In Faridabad
ReplyDeleteI really enjoyed your blog posts, thank you
ReplyDelete